RUU Kepariwisataan: Momentum Menyelamatkan Masa Depan Pariwisata

 


RUU Kepariwisataan: Momentum Menyelamatkan Masa Depan Pariwisata
(Telah diunggah 12 April 2025)

Oleh: Rioberto Sidauruk
Pengamat Hukum Ekonomi Politik/Peneliti Industri Strategis

Indonesia tidak kekurangan destinasi wisata, tapi sering kali kekurangan arah dan ekosistem pengelolaan yang tepat. Dalam berbagai kunjungan ke daerah, kita dapat saksikan langsung potensi pariwisata yang luar biasa namun belum tergarap maksimal karena lemahnya tata kelola, minimnya promosi yang strategis, dan regulasi yang sudah usang.

Pembahasan Rancangan Undang-Undang (RUU) Kepariwisataan di DPR saat ini adalah momentum penting. UU No. 10 Tahun 2009 yang berlaku saat ini sudah tidak relevan dengan tantangan dan kebutuhan pariwisata modern. Isu keberlanjutan, digitalisasi, hingga koordinasi kelembagaan belum cukup terakomodasi.

RUU ini perlu menjawab isu-isu strategis seperti peningkatan kualitas pendidikan pariwisata agar sejalan dengan kebutuhan industri; promosi yang terintegrasi dan berbasis data; penguatan kelembagaan di pusat dan daerah; serta penerapan prinsip keberlanjutan dalam pengembangan destinasi. Tak kalah penting, regulasi ini harus mendorong peningkatan kontribusi pariwisata terhadap pendapatan negara dan kesejahteraan masyarakat lokal.

Kita harus belajar dari negara-negara seperti Arab Saudi dan UEA yang sukses mendorong sektor pariwisata lewat reformasi visa dan event internasional. Sebaliknya, Indonesia justru mencabut kebijakan bebas visa kunjungan, langkah mundur di tengah persaingan pariwisata global.

Pariwisata tak bisa hanya dilihat sebagai sektor rekreasi. Ia adalah wajah budaya, alat diplomasi, dan motor ekonomi rakyat. Maka, RUU Kepariwisataan perlu hadir sebagai regulasi yang tidak hanya mengatur, tapi juga memberdayakan.

Saatnya menata ulang pariwisata Indonesia: membangun ekosistem, memperkuat SDM, dan menyatukan langkah pusat-daerah. Jangan sampai momentum revisi regulasi ini kembali terlewat tanpa perubahan berarti. (r10)

 

Komentar

Postingan populer dari blog ini

DARI BAPEPAM KE OJK

"Banjir Impor Murah: Ujian Kedaulatan Industri Indonesia"